Ada salah satu teknik untuk berkomunikasi dengan jin yang
paling mudah untuk mengetahui keinginan jin. Yaitu memasukkan jin ke
dalam tubuh seseorang. Di Jawa, kita mengenalnya dengan ilmu perewangan.
Perewangan berasal dari kata Jawa “rewang” yang artinya menolong.
Maka, “rewang” mengacu pada seseorang yang bersedia jasadnya untuk
dijadikan medium makhluk jin. Ilmu perewangan sangat umum dipakai untuk
berkomunikasi dengan jin seperti bila kita berbicara dengan sesama
manusia. Jin jelas membutuhkan sarana bantu untuk memasuki dunia fisik.
Sebab dia adalah makhluk yang sebenarnya makhluk metafisik. Bahasa yang
mereka pergunakan juga sebenarnya sangat berbeda dengan bahasa yang kita
pergunakan sehari-hari. Bahasa jin memiliki susunan kata-kata dan
struktur kalimat yang berbeda dengan yang kita pakai dalam pergaulan
antar manusia.
Dengan kata lain apabila kita berkomunikasi dengan wujud asli mereka,
maka yang kita pergunakan sebenarnya adalah bahasa “rasa”, dan yang
mereka mengerti adalah “kehendak”, “niat,” “kemauan” kita saja. Mereka
memahami kita bukan karena susunan kata-kata yang kita pergunakan. Sama
seperti kita berbicara dengan seseorang yang tidak bisa mendengar atau
tuna rungu dan tuna wicara, yang kita pahami dari mereka agar mereka dan
kita bisa nyambung adalah bahasa rasa dan “keinginan” saja.
Di manapun manusia yang hidup di suatu wilayah tertentu dan memiliki
bahasa tertentu pula, maka jin yang hidup di sana juga mengenali bahasa
manusia. Begitu pula dengan seorang paranormal/dukun akan mengerti
bahasa jin dari “kemauan” jin yang dimengerti sang dukun. Nah, untuk
berkomunikasi dengan jin maka tidak ada cara lain selain kita perlu
mendalami bahasa “rasa” atau bahasa “batin”
Apa itu batin/rasa? Terus terang untuk menjawab ini saya tidak
mengacu pada khasanah ngelmu Jawa. Saya akan mengacu pada apa yang saya
alami saja dan saya akan menjelaskan melalui hal-hal yang sederhana.
Pertama, ketika Anda ingin mendeteksi benda padat inera apa yang Anda
gunakan? Kedua, ketika Anda ingin mendeteksi benda cair apa indera apa
yang Anda gunakan? Ketiga, ketika Anda ingin mendeteksi gas, indera
apa yang Anda gunakan?
Jelas bahwa kita mempergunakan indera yang berbeda untuk merasakan
kehadiran mereka. Zat padat menggunakan mata untuk mengawali
pendeteksian kemudian diteruskan ke otak. Zat cair menggunakan indera
peraba: kulit atau lidah kemudian diteruskan ke otak. Zat gas
menggunakan indera hidung kemudian diteruskan ke otak.
Benda ada yang terlihat dan terasa oleh kulit (benda padat/cair),
namun ada pula yang tidak terlihat, juga tidak terasa oleh kulit namun
kita yakin ada, sebab hidung bisa mengenali zat tersebut. Nah, semakin
abstrak tingkat zat, maka kita menggunakan indera yang berbeda pula.
Bagaimana bila benda tersebut sama sekali tidak bisa diindera oleh
mata, kulit, hidung, lidah, telinga?
Jin adalah jenis mahluk Tuhan yang ghaib. Ghaib bisa diartikan
sebagai sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh indera fisik. Namun
manusia juga dibekali oleh Tuhan indera untuk mendeteksi yang gaib ini.
Indera itu disebut dengan batin/rasa yang sama sekali bukan bersifat
fisik.
Batin/rasa inilah yang menjadi modal manusia untuk mengenali dimensi
metafisik atau kegaiban. Kegaiban itu bertingkat-tingkat, mulai gaibnya
jin, gaibnya malaikat, gaibnya takdir, dan seterusnya…hingga gaibnya
Tuhan Yang Serba Gaib.
Dzat yang gaib bisa dirasakan keberadaannya dan bisa pula kita
berkomunikasi dengan mereka. Asalkan kita rajin untuk olah rasa/ olah
batin maka manusia yang merupakan makhluk yang lengkap ini (berdimensi
fisik dan metafisik: punya jasad namun juga punya yang gaib) pasti akan
mampu berkomunikasi… inilah kehebatan manusia.
Sekarang ini, yang ditonjolkan dalam hidup sehari-hari hanya olah
raga. Sepertinya manusia hanyalah memiliki raga saja. Bagaimana dengan
rasa? Hampir tidak pernah disentuh dalam wacana-wacana publik sebagai
hal yang perlu untuk didiskusikan, dilatih, dipertajam. Padahal, sebelum
ada jasad bukankah manusia adalah ruh? Ruh lah yang akan abadi
melintasi waktu hingga akhir jaman. Sementara umur jasad?? Ya usia 50-an
tahun saja sudah sakit-sakitan dan bau tanah…
Kita juga terbiasa menggunakan ungkapan yang lebih mengedepankan
aspek fisik daripada batin. Misalnya saat kita mengucapkan SELAMAT HARI
RAYA, MOHON MAAF LAHIR BATIN… Lho mengapa kok yang batin diletakkan
setelah yang lahir?? Harusnya, kita berani mengatakan MOHON MAAF BATIN
LAHIR…
Inilah ironi jaman sekarang. Yang lebih cenderung untuk melihat
segala sesuatu dari sudut pandang materialisme. Paham yang lebih
cenderung untuk menomorsatukan materi sebagai satu-satunya kenyataan
terdalam (ultimate reality). Jadinya apa? Ya akhirnya manusia tidak
lebih melihat dirinya hanya sebagai “bangkai” yang tanpa “ruh”…
Kembali ke tema awal, yaitu tentang jin tadi. Bahwa karena jin adalah
dzat yang gaib maka mereka hanya bisa dideteksi bila kita menggunakan
indera rasa/batin saja. Kita sebenarnya sudah terbiasa untuk menggunakan
indera rasa/hati/batin ini dalam hidup sehari-hari.
Marilah kita lebih fokus lagi untuk membahas yang batin ini sekaligus
juga untuk mempertajam ngelmu kebatinan kita:
1. Apa yang Anda rasakan saat melihat ada teman yang sedih? Ikut sedih..
2. Apa yang Anda rasakan saat melihat ada teman yang bahagia? Ikut
senang..
3. Apa yang Anda rasakan saat melihat ada bunga mekar? Takjub..
4. Apa yang Anda rasakan saat melihat matahari terbit? Tergetar…
Ini respon hati setelah “melihat” hal-hal yang tampak oleh mata.
Bagaimana respon hati bila “melihat” atau “merasakan” hal-hal yang tidak
tampak atau belum pernah tampak oleh mata namun kita yakin ada?
Dari sini, kita hanya bisa mengatakan: tidak mungkin…. Sebab
pengetahuan kita, pandangan hidup kita dan “dunia kita” sesungguhnya
dibangun oleh indera mata, telinga, hidung, peraba kulit lidah dan
seterusnya… Itu sebabnya, untuk mengenali dunia ghaib, kita tidak
menggunakan semua indera-indera tadi. Kita hanya menggunakan satu indera
saja untuk mengenali Jin yaitu: rasa/batin yang akhirnya menimbulkan
keyakinan yang haqqul yakin. Rasa/batin adalah jalur lain indera manusia
yang lalu lintasnya tidak melalui indera fisik namun sudah diinstal
Tuhan di dalam otak kita.
Untuk mengenali rasa/batin yang merupakan software yang sudah
diinstal di otak ini, maka banyak sarana membukanya. Misalnya, para ahli
yoga menggunakan sarana meditasi yaitu diam/meneng. Menutup indera mata
dan membuka indera mata hati/batin/rasa dalam jangka yang lama.
Seberapa lama Anda menutup mata namun tidak tidur? Kebanyakan dari
kita hanya menutup mata kalau tidur… bagaimana dengan menutup mata namun
hati dan otak masih terjaga? Atau kalau ngantuk baru menurup mata.
Cobalah sekarang mulai berlatih untuk menutup mata namun posisi tubuh
tetap duduk, atau berjalan.
Bila kesulitan, Anda bisa menggunakan sarana kain hitam untuk
menutupi mata Anda. Kemudian duduklah di kursi dengan santai selama
mungkin. Bila Anda sudah terbiasa melakukan hal ini, berlatihlah untuk
menutupi mata dengan kain hitam namun posisinya sekarang tidak lagi
duduk di kursi, melainkan di tempat-tempat yang sepi.
Saya bahkan terbiasa duduk diam dengan mata tertutup di atas almari
di kamar yang sepi… bahkan duduk diam di dalam lemari kosong yang sudah
tidak dipergunakan lagi berjam-jam… Terkadang, berjalan di ruang kosong
atau tempat tempat sepi..
Ini tentu saja upaya untuk mengendurkan peran jasad fisik/ raga dan
menguatkan peran rasa agar semakin tajam…dan mendeteksi gerakan-gerakan
batin lain yang ada di sekitar kita.. termasuk gerakan jin..
Setelah Anda terbiasa berlatih hal ini yang harus kita lakukan adalah
menata niat. Niat haruslah yang baik dan pasrah total, sumarah dan
sumeleh pada Tuhan.
Sekian lama berlatih, rasa batin akan secara otomatis bergetar…. bila
dilatih terus… akan semakin bergerak… batin akan semakin tajam
mendeteksi gerakan yang ghaib…. jin pun akan terasa berada di sekeliling
kita, di depan kita, di belakang kita, di kanan kita… di kiri kita…
dan akhirnya batin kita akan sangat awas dan bisa melihat sebagaimana
kita melihat dengan mata…
Bila kita melihat jin dan dia juga melihat kita maka yang perlu
dilakukan sebagai berikut:
Pertama, ucapkan salam apa saja dalam hati
Kedua, sampaikan maksud Anda dalam hati
Ketiga, ucapkan selamat berpisah dalam hati
Untuk menguji keberadaan jin sekaligus untuk membuktikan apakah
indera batin kita tidak menipu, maka yang perlu dilakukan adalah
mengajak seseorang yang siap menjadi medium/perantara/perewangan.
Ajaklah jin yang untuk masuk ke dalam tubuh si perewangan/medium…
kemudian suruh orang lain yang sudah menguasai ilmu kebatinan untuk
mewawancarainya… Untuk awal, jangan terlalu lama menggunakan tubuh sang
perewang. Sebab tubuh si perewang yang sudah dimasuki jin ini akan
mudah capek. Sebab dia dipaksa untuk mengalahkan otaknya yang normal
untuk menuruti kehendak otak lain (otak jin) yang abnormal..
Bila Anda sudah bisa membuktikan dengan eksak keberadaan jin dan
mampu berkomunikasi dengannya, maka yang perlu digarisbawahi adalah
menggunakan kemampuan tersebut untuk disesuaikan dengan kehendak Tuhan
…yakni untuk tujuan ngelmu kebaikan yang luhur dan mulia.
Jangan mencampuradukkan antara urusan jin dengan urusan manusia.
Tidak pada tempatnya manusia meminta bantuan jin untuk mendapatkan
kekayaan, kekuasaan, kesaktian dan urusan keduniaan lain. Manusia harus
bisa berdiri tegak untuk menuntaskan problem-problemnya sendiri, dan
sebagai makhluk Tuhan dia harus pasrah total hanya pada Tuhan saja.
Manusia tidak boleh takluk apalagi dikuasai oleh makhluk-makhluk-Nya.
Matur nuwun dan salam apa saja…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar